JAKARTA, KRP — Presiden Prabowo Subianto berupaya mendorong para petani untuk mengurangi waktu antara musim panen dan penanaman guna meningkatkan hasil produksi, terutama di tengah krisis pangan yang melanda sejumlah negara di sekitar, mulai dari Jepang hingga Malaysia.
Beberapa negara, termasuk Jepang, Filipina, dan Malaysia, telah mengalami cuaca ekstrem yang berdampak pada krisis beras di wilayah tersebut. Untuk mencegah situasi serupa terjadi di Indonesia, Presiden Prabowo menginstruksikan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas para petani.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan bahwa departemennya sedang berusaha mempercepat proses ini di tingkat petani lokal. Ia menjelaskan bahwa waktu yang diperlukan dari masa panen hingga penanaman harus dipersingkat, dengan sasaran agar Indonesia dapat memanen dua hingga tiga kali dalam setahun.
Prabowo juga menginginkan agar setiap desa memiliki gudang pangan untuk mendukung ketahanan pangan lokal. “Kami mendorong kelompok tani agar setelah panen, segera melakukan penanaman. Dengan demikian, produktivitas akan meningkat, dan dalam setahun bisa panen dua atau tiga kali,” kata Sudaryono usai bertemu Presiden di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Hingga saat ini, Sudaryono menjelaskan bahwa produksi pangan, khususnya beras, di Indonesia berjalan dengan baik. Ia menyebutkan bahwa Prabowo meminta agar kinerja panen pada Maret-April 2025 ini dipertahankan. “Produksi kami hingga bulan April ini sangat bagus, lebih tinggi daripada tahun lalu, dengan peningkatan sekitar 2,8 hingga 3 juta ton,” ujarnya.
Sudaryono juga menyampaikan bahwa Prabowo memperingatkan pentingnya mencegah terjadinya krisis beras di Indonesia, serupa dengan yang dialami oleh Jepang, Filipina, dan Malaysia. Produktivitas hasil tanam di Indonesia setiap tahunnya berkisar antara 30 juta ton hingga 32,5 juta ton. Untuk menghindari ketergantungan pada impor beras, Indonesia perlu memproduksi surplus beras sebesar 5 hingga 6 juta ton setiap tahunnya.
“Bila kita serius untuk tidak mengimpor beras, maka surplus yang diperlukan harus minimal 5 hingga 6 juta ton per tahun. Saat ini, kami telah memulai panen dengan target sekitar 2 juta ton pada bulan April,” tambah Sudaryono.
Menurut laporan Bisnis pada Februari 2025, Jepang telah mengeluarkan 210.000 ton beras dari stok siaga 1 juta ton akibat kenaikan harga yang drastis. Keadaan serupa juga dialami oleh Malaysia dan Filipina, di mana Filipina telah memberlakukan keadaan tanggap darurat pangan sejak awal Februari 2025 setelah harga beras naik hingga 24,4%, yang merupakan kenaikan tertinggi dalam 15 tahun terakhir.