MANILA, KRP – Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, dikabarkan telah berangkat dari Manila menuju Den Haag, Belanda, pada Rabu (12/3/2025) pagi waktu setempat. Tujuannya adalah membentuk tim hukum guna membela mantan Presiden Rodrigo Duterte, yang juga merupakan ayahnya, di hadapan pengadilan internasional.
Kantor Wakil Presiden Filipina telah mengonfirmasi keberangkatan Sara menggunakan pesawat komersial milik maskapai Emirates. Dalam pernyataan resmi, mereka menyatakan, “Detail lebih lanjut mengenai kunjungan Wakil Presiden akan diumumkan jika diperlukan,” seperti dilaporkan oleh Rappler.
Rodrigo Duterte ditangkap oleh kepolisian Filipina pada Selasa (11/3/2025) berdasarkan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Dia didakwa atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi selama kampanye perang melawan narkoba pada periode 2016-2022.
Penangkapan ini dilakukan setelah ICC melakukan penyelidikan selama bertahun-tahun terkait kebijakan kontroversial tersebut, yang diklaim telah menewaskan sekitar 30.000 orang oleh berbagai lembaga hak asasi manusia.
Keluarga Duterte mengecam penangkapan ini sebagai bentuk “pengkhianatan” oleh pemerintahan yang dipimpin Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr. Sara Duterte menyatakan bahwa pemerintah telah melanggar kedaulatan Filipina dengan menyerahkan mantan presiden kepada pihak asing.
“Hari ini, pemerintah kita sendiri telah menyerahkan seorang warga negara Filipina, bahkan seorang mantan presiden, kepada kekuatan asing. Ini adalah penghinaan terhadap kedaulatan dan martabat seluruh rakyat Filipina yang mempercayai kemerdekaan,” ujarnya pada Selasa.
Selain Sara, putra Rodrigo Duterte, Paolo Duterte, yang saat ini menjabat sebagai anggota DPR, juga dikabarkan akan berangkat ke Belanda untuk mendampingi ayahnya. Namun, belum ada konfirmasi resmi mengenai keberangkatan Paolo.
Penangkapan ini terjadi di tengah memanasnya hubungan politik antara dinasti Marcos dan Duterte. Meskipun kedua keluarga ini pernah bersekutu dalam Pilpres Filipina 2022, ketegangan antara mereka semakin terlihat belakangan ini.
Sebelumnya, pemerintahan Marcos menyatakan tidak akan bekerja sama dengan ICC dalam menangkap Rodrigo Duterte. Namun, setelah ICC meminta bantuan Interpol, Filipina terpaksa mematuhi kewajiban sebagai anggota organisasi kepolisian internasional tersebut.