KRP – Dalam Islam, keikhlasan adalah landasan utama setiap amal perbuatan. Namun, ada sifat-sifat tercela yang bisa mencemari niat beribadah, salah satunya adalah sum’ah. Sifat ini sering membuat amal ibadah yang seharusnya menjadi bentuk pengabdian kepada Allah SWT kehilangan nilai dan keberkahannya.
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai pengertian sum’ah, dampaknya, serta bagaimana menghindarinya agar ibadah yang dilakukan tetap bernilai di sisi Allah SWT.
Apa Itu Sum’ah?
Secara bahasa, kata sum’ah berasal dari bahasa Arab “ุณูู ูุน” yang berarti “mendengar”. Dalam konteks Islam, sum’ah adalah sifat suka memperdengarkan atau menceritakan amal ibadah atau kebaikan yang telah dilakukan kepada orang lain dengan tujuan mendapatkan pujian, sanjungan, atau pengakuan.
Contohnya, seseorang menyebutkan amal sedekah yang telah diberikannya dalam percakapan sehari-hari agar orang lain memuji kedermawanannya. Perilaku seperti ini dapat membatalkan pahala ibadah dan mendatangkan dosa.
Perbedaan Sum’ah dan Riya
Pada dasarnya, sum’ah memiliki kemiripan dengan sifat riya. Namun, ada perbedaan mendasar antara keduanya:
- Riya: Amal ibadah dilakukan dengan tujuan untuk dilihat oleh orang lain.
- Sum’ah: Amal ibadah diperdengarkan atau diceritakan kepada orang lain untuk mendapatkan sanjungan.
Sebagai contoh, jika seseorang membaca Al-Qur’an dengan suara lantang di masjid semata agar dipuji, itu adalah riya. Namun, jika selesai membaca Al-Qur’an dia lalu menceritakan ibadahnya dengan harapan dipuji, itu termasuk sum’ah.
Bahaya Sum’ah dalam Kehidupan Sehari-hari
Sum’ah adalah sifat yang merugikan, baik untuk diri sendiri maupun hubungan sosial. Berikut dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh perilaku sum’ah:
- Membatalkan Pahala Ibadah
Rasulullah SAW bersabda:
> โBarangsiapa yang berbuat sum’ah, maka Allah akan memperdengarkan (aibnya) pada hari kiamat.โ (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Ini berarti, amal ibadah yang dilakukan dengan sum’ah akan kehilangan nilainya di hadapan Allah SWT.
- Merusak Keikhlasan
Sum’ah mencemari niat ibadah, sehingga manusia tidak lagi berfokus kepada Allah, melainkan mencari pengakuan dari sesama.
- Menimbulkan Sifat Sombong
Orang yang terbiasa memamerkan amal ibadahnya cenderung menjadi sombong. Mereka merasa lebih baik dibandingkan orang lain karena pujian yang diterima.
- Menimbulkan Penilaian Salah Tentang Agama
Perilaku sum’ah menciptakan standar palsu di masyarakat, di mana kesalehan sering kali dinilai dari apa yang dilihat atau didengar, bukan dari niat yang mendasarinya.
- Mengurangi Keberkahan Hidup
Tanpa keikhlasan, amal baik menjadi sia-sia, yang pada akhirnya mengurangi keberkahan dalam hidup.
Contoh Perilaku Sum’ah dalam Kehidupan Sehari-hari
Beberapa perilaku sehari-hari berikut dapat masuk dalam kategori sum’ah:
- Menceritakan Ibadah
Misalnya, seseorang berkata, “Saya tadi malam tahajjud 3 jam, sampai kaki saya pegal.” Tujuannya bukan untuk menginspirasi, melainkan untuk mendapatkan pujian.
- Memamerkan Sedekah
Orang yang dengan bangga memberitahukan donasi besar yang diberikannya di media sosial agar mendapat banyak like dan komentar.
- Menonjolkan Amal di Media Sosial
Mengunggah foto atau video yang menampilkan aktivitas ibadah dengan harapan mendapat pengakuan dari pengikutnya.
- Membicarakan Prestasi Keagamaan
“Saya sudah hafal 10 juz Al-Qur’an,” kata seseorang, tanpa niat menginspirasi, melainkan hanya ingin dipuji kealimannya.
Cara Efektif Menghindari Sifat Sum’ah
Menghindari sum’ah adalah langkah penting agar amal ibadah tetap bernilai di sisi Allah SWT. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan:
- Meluruskan Niat
Niatkan setiap amal ibadah hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Ingat, manusia tidak memiliki kuasa untuk memberikan pahala atau balasan atas amal kita.
- Menghindari Pujian
Jangan mencari pujian atau pengakuan dari manusia. Jika menerima pujian, cukup ucapkan, โAlhamdulillah,โ dan kembalikan semuanya kepada Allah.
- Perbanyak Ibadah Tersembunyi
Lakukan amal ibadah yang tidak diketahui orang lain, seperti bersedekah tanpa memberitahu siapa pun atau berdoa di tempat yang tidak terlihat.
- Bersyukur kepada Allah
Fokuskan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Ketika hati dipenuhi rasa syukur, dorongan untuk sum’ah pun akan berkurang.
- Mengingat Kematian
Sadari bahwa kehidupan dunia ini sementara, dan pahala amal hanya bergantung pada keikhlasan, bukan pengakuan manusia.
- Hindari Penggunaan Media Sosial untuk Memamerkan Ibadah
Media sosial cenderung menjadi tempat untuk mencari validasi eksternal. Gunakanlah dengan bijak dan hindari mengunggah aktivitas ibadah jika tidak diperlukan.
Firman Allah Tentang Sum’ah
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 264:
โWahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian…โ
Ayat ini menegaskan pentingnya keikhlasan dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan.
Refleksi untuk Kehidupan yang Lebih Ikhlas
Menghindari sum’ah memang memerlukan usaha dan introspeksi diri yang konsisten. Namun, dengan melatih diri untuk meluruskan niat, memperbanyak ibadah tersembunyi, dan menjauhi pujian, kita dapat meningkatkan keimanan dan mendapatkan ridha Allah SWT.
Keikhlasan membawa ketenangan hati dan keberkahan dalam hidup. Jadi, mari terus introspeksi diri dan fokus pada tujuan utama dari setiap amal ibadah kitaโmencari ridha Allah SWT semata.
***