Janji Kosong Penanganan Banjir Jabodetabek dan Jalan Keluar yang Mendesak

staff kilas

Pgoto: CNN

KRP – Pengelolaan banjir di Jabodetabek sering kali disebut-sebut sebagai salah satu tantangan terbesar bagi pemerintah pusat maupun daerah. Banjir yang terjadi pada awal Maret 2025 kembali menjadi pengingat akan urgensi perbaikan infrastruktur dan lingkungan di kawasan ini. Ribuan warga harus dievakuasi, rumah-rumah terendam, dan fasilitas umum seperti sekolah serta jembatan mengalami kerusakan serius. Fenomena ini bukan hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi juga lemahnya langkah mitigasi yang dilakukan selama bertahun-tahun.

Artikel ini akan membahas akar permasalahan banjir Jabodetabek, kendala yang dialami dalam proses penanganannya, hingga solusi yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi permasalahan ini. Mari kita telusuri.

Tantangan dan Akar Masalah Banjir di Jabodetabek

Kehilangan Daerah Resapan Air

BACA JUGA:  Sejarah Baru, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banjar Dilantik Presiden RI

Salah satu alasan utama banjir di Jabodetabek adalah berkurangnya area resapan air. Kawasan hijau atau ruang terbuka yang dulu berfungsi sebagai daerah penyerapan air kini telah berubah menjadi permukiman padat dan kawasan komersial. Konflik antara kebutuhan manusia untuk tempat tinggal dan ruang untuk penyerapan air menjadi salah satu isu yang sulit diselesaikan.

Normalisasi Sungai yang Tertunda

Urban dan Transportation Analyst, Yayat Supriatna, menjelaskan bahwa normalisasi sungai merupakan kebutuhan mendesak untuk mengurangi risiko banjir di Jabodetabek. Namun, pelaksanaan proyek ini sering kali terkendala anggaran yang terbatas serta lemahnya sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah.

Sistem Drainase yang Tak Memadai

Drainase di kawasan perkotaan Jabodetabek dinilai tidak mampu menghadapi curah hujan tinggi. Sistem drainase yang usang, tersumbat, atau salah desain memperburuk situasi, membuat air hujan menggenang lebih lama dan akhirnya menyebabkan banjir skala besar.

Foto: CNN

Solusi Jangka Panjang yang Dibutuhkan

Sejumlah ahli dan analis perkotaan memberikan pandangan mengenai solusi-solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko banjir di masa depan. Berikut ini adalah beberapa langkah utama yang patut dipertimbangkan:

BACA JUGA:  DPMPTSP Ciamis Raih Penghargaan Harapan 1 di Gebyar Pelayanan Terpadu 2024

1. Relokasi Permukiman di Bantaran Sungai

Mengurangi risiko banjir di sungai besar seperti Ciliwung membutuhkan keberanian untuk merelokasi pemukiman di bantaran sungai. Pemindahan ini dapat diarahkan ke rumah susun atau flat yang dibangun di area yang lebih aman. Langkah ini juga perlu didukung dengan insentif yang membantu masyarakat beradaptasi.

2. Optimalisasi Waduk dan Danau sebagai Pengendali Air

Kapasitas waduk dan danau alami untuk menerima limpasan air harus ditingkatkan. Upaya ini mencakup pengerukan, perawatan rutin, dan pembangunan fasilitas tambahan untuk mengantisipasi aliran air sungai yang meluap.

3. Pengembangan Area Hijau Baru

Restorasi kawasan resapan air harus menjadi prioritas melalui penghijauan kembali area strategis. Proyek untuk membuat taman kota, ruang terbuka hijau, dan hutan kota sangat efektif dalam menahan air hujan dan mengurangi limpasan air ke saluran drainase.

Contoh Studi Kasus Penanganan Banjir Singapura

Sebagai perbandingan, mari kita cermati bagaimana Singapura menyelesaikan permasalahan banjir urban dengan pendekatan holistik. Negara kecil ini telah mengembangkan waduk, terowongan air bawah tanah seperti Marina Barrage, sekaligus memperkenalkan “Active, Beautiful, Clean Waters” (ABC Waters Program) yang memadukan pengelolaan air dengan keindahan estetika perkotaan. Investasi besar dalam infrastruktur ini kini berhasil mengurangi risiko banjir hingga signifikan.

BACA JUGA:  Kapolri Hadiri Bazar Ramadan Polri Presisi dan Baksos di Surabaya

Langkah yang Perlu Diambil untuk Masa Depan

Melihat kompleksitas masalah banjir di Jabodetabek, penting bagi setiap pemangku kepentingan untuk fokus pada solusi jangka panjang yang terintegrasi. Beberapa langkah yang dapat segera diambil meliputi:

  • Kolaborasi Lebih Baik antara pemerintah pusat, daerah, dan swasta dalam menyediakan anggaran, mengatur perizinan, dan menjalankan proyek infrastruktur.
  • Pendidikan Publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga saluran air dan tidak membuang sampah sembarangan.
  • Penggunaan Teknologi Modern, seperti prediksi cuaca berbasis AI, untuk merencanakan operasi pengurangan banjir sebelum hujan ekstrim turun.

Mengubah Janji Kosong Jadi Aksi Nyata

Sudah saatnya pemerintah mengubah janji-janji kosong penanganan banjir menjadi langkah konkret yang memberikan hasil nyata bagi warga Jabodetabek. Dengan komitmen pada solusi jangka panjang, kolaborasi yang lebih baik, dan keberanian untuk mengambil keputusan sulit seperti merelokasi pemukiman, banjir tidak perlu lagi menjadi mimpi buruk tahunan bagi warganya.

Kota yang tahan banjir bukanlah mimpi yang mustahil, tetapi hasil dari kerja sama dan tekad yang

Baca Selanjutnya:

Bagikan:

Tinggalkan komentar

/