Penyumbang Pengangguran Terbanyak, Ini Alasan Lulusan SMK Sulit Bersaing di Pasar Kerja

staff kilas

KRP – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus lalu. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,47 juta orang pada Agustus 2024. Salah satu kelompok penyumbang pengangguran terbanyak adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan persentase mencapai 9,01% pada tahun 2024.

Kesenjangan antara kebutuhan industri dan kompetensi lulusan SMK

Salah satu faktor utama yang menyebabkan banyak lulusan SMK menganggur adalah kesenjangan antara kebutuhan industri dan kompetensi yang dimiliki lulusan SMK. Industri saat ini membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan teknis dan spesifik sesuai dengan perkembangan teknologi. Namun, banyak lulusan SMK belum memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

BACA JUGA:  Hari HAM Sedunia Ke - 75, Pemkot Tasikmalaya Berhasil Meraih Peringkat 4 Nasional Kota Peduli HAM.

Kesenjangan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: kurikulum SMK yang belum sepenuhnya relevan dengan kebutuhan industri, kurangnya praktik kerja nyata selama masa pendidikan, dan terbatasnya fasilitas praktik di sekolah-sekolah SMK.

Rendahnya minat melanjutkan pendidikan tinggi

Faktor lain yang membuat lulusan SMK sulit bersaing di pasar kerja adalah rendahnya minat untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Banyak lulusan SMK memilih untuk langsung bekerja setelah lulus, tanpa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini membuat mereka memiliki kompetensi yang terbatas dan kurang siap bersaing dengan lulusan perguruan tinggi.

BACA JUGA:  OJK Dorong Penguatan Integritas Pelaporan Keuangan di Sektor Jasa Keuangan

Rendahnya minat melanjutkan pendidikan tinggi di kalangan lulusan SMK disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: kurangnya informasi tentang jalur pendidikan tinggi yang relevan dengan bidang kejuruan, keterbatasan biaya, dan kurangnya motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Kurangnya informasi dan bimbingan karir

Faktor lainnya adalah kurangnya informasi dan bimbingan karir yang memadai. Banyak lulusan SMK tidak memiliki informasi yang cukup tentang peluang karir yang sesuai dengan kompetensi mereka. Selain itu, mereka juga tidak mendapatkan bimbingan yang cukup dalam memilih jurusan dan perguruan tinggi yang tepat.

BACA JUGA:  PT KAI. DAOP 5 PURWOKERTO KECAM UPAYA SABOTASE PERJALANAN KERETA API DI BANJAR, PELAKU DIAMANKAN POLISI

Kurangnya informasi dan bimbingan karir ini membuat lulusan SMK kesulitan dalam mengambil keputusan yang tepat tentang masa depan mereka. Akibatnya, mereka seringkali memilih jalur karir yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Kesimpulan

Tingginya tingkat pengangguran di kalangan lulusan SMK menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius. Pemerintah, pihak sekolah, dan industri harus bekerja sama untuk mengatasi kesenjangan antara kebutuhan industri dan kompetensi lulusan SMK, meningkatkan minat lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan tinggi, serta memberikan informasi dan bimbingan karir yang memadai. Dengan demikian, lulusan SMK dapat memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan bersaing secara efektif di dunia kerja.

Baca Selanjutnya:

Bagikan:

Tinggalkan komentar

/